— Sebuah Kisah Tentang Anak Kecil di Dalam Diri Kita —
Di balik layar ponsel, di tengah malam yang sunyi, jemarimu kembali membuka aplikasi yang sudah kamu hapal di luar kepala.
Slot favoritmu menunggu.
Warna-warna cerah, animasi yang bergerak lincah, suara koin jatuh, dan kilau jackpot yang menggiurkan… semua menyambutmu seperti teman lama.
Tapi sebenarnya, siapa yang datang untuk bermain malam ini?
Orang dewasamu yang ingin hiburan?
Atau… anak kecil dalam dirimu yang sedang butuh penghiburan?
🧸 1. Inner Child: Anak yang Tak Pernah Pergi
Kita semua punya inner child—sisi kekanak-kanakan yang menyimpan:
- luka lama,
- mimpi yang belum sempat terwujud,
- dan harapan yang masih mengendap diam.
Anak itu bisa muncul ketika dunia terasa terlalu berat, ketika logika dewasa tak lagi cukup untuk menenangkan hati.
📌 Dan dalam dunia judol, yang penuh warna, ritme, dan harapan instan…
Anak itu merasa aman.
Ia merasa sedang bermain, seperti dulu.
Ia merasa diperhatikan, setiap kali layar berbunyi dan lampu menyala.
🎲 2. Berharap: Karena Dulu Tak Pernah Diberi
Seringkali kita berharap menang, bukan untuk jadi kaya.
Tapi untuk merasakan perasaan yang dulu jarang kita dapat: dihargai, dipilih, beruntung.
Bayangkan seorang anak kecil yang:
- Tak pernah mendapat pujian,
- Tak pernah dipanggil “hebat”,
- Tak pernah merasa menang dalam hidupnya.
Sekarang, lewat satu klik, dia merasa punya peluang.
📌 Dan meski peluang itu kecil, dia tetap berharap. Karena baginya… “kali ini mungkin aku cukup baik.”
🔁 3. Kalah: Sakit yang Tak Asing Lagi
Ketika kalah, rasa sesaknya bukan hanya soal uang yang hilang.
Kadang jauh lebih dalam.
Itu adalah rasa lama yang muncul lagi—tentang gagal, tentang tidak cukup, tentang “aku memang selalu kalah.”
Tapi anehnya, itu tidak menghentikan kita.
Kenapa?
Karena anak kecil dalam diri kita… tidak menyerah.
Ia terus mencoba, lagi dan lagi.
Bukan karena bodoh. Tapi karena dia masih percaya.
📌 “Mungkin nanti aku akan menang. Mungkin kali ini dunia akan memilihku.”
💡 4. Mengenali Pola: Bukan Sekadar Kecanduan, Tapi Kerinduan
Judol bukan hanya tentang candu.
Kadang, ia adalah panggung kecil tempat inner child kita bermain tanpa takut dihakimi.
Tempat kita mencari hadiah… yang sebenarnya simbolis:
- cinta,
- validasi,
- pengakuan,
- rasa dikasihi.
📌 Dan jika kita tak menyadari itu, kita akan terjebak dalam siklus:
bermain → berharap → kalah → mencoba lagi
bukan demi menang,
tapi demi merasa cukup.
🪞 5. Menerima Anak Itu, Tanpa Harus Menyuruhnya Bermain Terus
Kuncinya bukan menghentikan permainan dengan paksa.
Tapi menemui si anak itu. Mendengarkan dia.
Mungkin kita bisa berkata:
“Aku tahu kamu ingin merasa dicintai. Tapi kita bisa mencari cinta itu di tempat lain.”
“Kita bisa belajar bermain bukan untuk menang, tapi untuk mengenal dirimu lebih dalam.”
📌 Karena ketika kita menyadari siapa yang sedang “bermain”, kita bisa mulai mengasuh… bukan hanya memutar ulang.
🌱 Penutup: Permainan yang Mengajak Kita Pulang
Mungkin kita tidak sedang mengejar jackpot.
Mungkin kita hanya ingin kembali merasakan hangatnya dipeluk.
Bermain, berharap, dan kalah — hanyalah bahasa yang dipakai oleh inner child yang rindu dimengerti.
Dan kalau malam ini kamu membuka aplikasi itu lagi, coba tanya pelan:
“Apa yang sedang aku cari?”
Karena terkadang… yang kamu cari bukan kemenangan,
tapi rumah untuk anak kecil di dalam dirimu.